Setting
cerita ini adalah perpaduan antara kota kecil di wilayah Jawa Timur dan
kota besar di dalam negeri, menceritakan seorang gadis 21 tahun yang
selalu berusaha setia pada 1 laki-laki dalam hidupnya. Laki-laki yang 9
tahun lalu merampas hatinya, laki-laki yang selama 9 tahun membuat gadis
bernama lengkap Inas Faiha Hajidah yang biasa di panggil Inas ini
dulunya memang sangat keras kepala dan tomboy. Inas selalu berkelahi
dengan anak laki-laki yang saat itu usianya masih 10 tahun. Salah satu
anak laki-laki yang menjadi musuhnya saat itu adalah Daffa, Daffa Ibnu
Hafidz. Anak seorang pemuka agama di kampung ini, memang terkenal suka
membuat masalah dengan Inas. Sampai Daffa sukses membuat Inas jatuh
cinta padanya dan setelah itu Daffa harus pergi meninggalkannya keluar
kota bersama ayahnya. Saat itu yang bisa di lakukan Inas hanya menangis
diam-diam tanpa sepengetahuan siapa pun, termasuk ibu Inas sendiri yang
merasa ada yang aneh dengan sikap anak semata wayangnya itu. Dari
situlah perjuangan Inas di mulai, sejak di tinggal Daffa. Inas berusaha
menjadi wanita seutuhnya. Dia ingin melupakan Daffa walau sulit, ibunya
sempat mengenalkannya dengan beberapa anak laki-laki teman ayahnya.
Sampai hubungannya tak pernah baik dengan laki-laki mana pun, bukan
karena Inas tidak mau. Hanya saja, hatinya tidak pernah tenang saat
bersama laki-laki lain. Kini meski 9 tahun berlalu dan Inas tidak pernah
bertemu Daffa sama sekali, Inas masih sulit membuka hatinya untuk
laki-laki mana pun. Dalam hati, dia selalu kesal dan marah pada Daffa.
Inas tidak pernah mengerti dengan perasaannya sendiri, apa yang
membuatnya harus mempertahankan Daffa sampai 9 tahun lamanya dan apa
istimewanya Daffa sampai laki-laki lain terlihat tidak begitu menarik di
mata Inas.Di semester akhir masa kuliahnya, Inas selalu di
bubuhi pertanyaan tentang pernikahan oleh keluarga besar kakeknya.
Kadang Inas bingung, harus menjawab dan harus bagaimana untuk memulai.
Hatinya benar-benar sangat keras, dia teringat ketika dulu bertengkar
dengan Daffa. Inas pernah berkata sangat kasar pada Daffa dengan bahasa
Jawa " Gak kiro aku seneng mbek raimu, des " dalam bahasa Jawa, bahasa
yang diucapkan Inas memang terbilang sangat kasar. Tanggapan Daffa saat
itu hanya diam, Inas sempat bingung kenapa Daffa tidak membalas
kata-kata kasarnya seperti biasanya. Inas mungkin termakan omongannya
sendiri, dan ketika itu juga dia selalu berdzikir dan berusaha membuat
hidupnya jauh lebih baik lagi. Sampai Tuhan menjawab doanya dan
mempertemukannya dengan seorang laki-laki bernama Fikri Nakhla Rafie di
sebuah toko buku di Jakarta saat dia berkunjung kerumah saudaranya
disana.
Lambat laun, Inas melihat sifat Fikri banyak miripnya
dengan Daffa. Bahkan kesukaannya pun sama, dia juga sempat melihat
perilaku Fikri yang sangat mirip dengan Daffa. Siapa sebenarnya Fikri
dan dimana Daffa sekarang? Inas sangat penasaran dan masih sangat ingin
bertemu Daffa, don't miss it juga sama cerita yang satu ini yah? ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar