Seminggu yang berat...
Tahu gak gimana rasanya masuk dalam 1 komunitas yang penuh komitmen dan peraturan dalam organisasi?
Jangan dirasain deh, gak enak. Terlebih kamu udah semester akhir dan harus bergelut dengan organisasi itu sampai kuliahmu terbengkalai. Untuk mencapai 1 tujuan tertentu emang butuh pengorbanan, antara privasi kuliah dan organisasi? Gak ada yang ngerti selain diri sendiri dan cuma diri kita sendiri yang bisa nyelesein masalah.
Hari ini...
Kabar buruknya, kemarin saya di minta jadi pemateri di acara diklat ukm sedang saya juga menjabat sebagai panitia diklat tepatnya as "The Coordinator of Consumtion", bukan jabatan tinggi emang tapi menyulitkan.
Bagai mana tidak saya di protes habis2an tentang materi yang saya sampaikan oleh teman dekat saya sendiri sewaktu saya tidak ikut evaluasi di hari pertama.
Dan selanjutnya, sebagai seorang saya memang tidak begitu cerdas, tapi saya tau apa yang harus saya lakukan. Saya mendapat anak buah yang seolah2 tau semuanya dan perlahan saya mulai merasa "Saya bukan seorang Coordinator"
Tak apa, saya akan bertahan sampai akhir.
Dan ada makalah yang seharusnya udah di ACC 2 minggu lalu, baru sekarang di bahas sama dosen saya. Saya gak masalah kalo harus revisi, tapi saya gak terima hasil kerja lemburan saya selama 2 malam (emang cuma 2 malam, so why?) di bilang copast. Sedang besok pagi setengah 7 udah harus di presentasikan. Kuliah selanjutnya setelah itu saya juga ada tugas penting tentang laporan praktikum, saya juga belum kerjakan. Sedang untuk menyelesaikannya saya harus ke lab untuk skoring. Tapi kapan? Jam 4 pagi saya harus ke pasar untuk belanja keperluan diklat dan masak. Setengah 7 udah masuk presentasi, jam 8nya masuk kuliah lagi. Kalo sampai saya tinggalkan, saya bisa gak lulus dan tahun depan harus ngulang. Apa yang akan abah tanyakan kalo mata kuliah yang saya ulang semakin banyak? Skripsi makin molor, wisuda molor, dan yang pasti abah gak pernah suka saya ikut kegiatan atau organisasi apa pun yang sampai mengganggu kuliah saya. Saya punya 4 orang adik dan nafkah dari abah bukan hanya untuk saya, saya seharusnya sudah mampu mengayomi adik2 saya.
Di saat seperti inilah saya butuh seseorang yang memberi semangat, yang mau mengerti keadaan saya. Tapi hanya saya dan Allah yang tau. Fisik, otak dan batin saya sudah lelah. Tapi saya bukan satu2nya orang yang paling menderita di dunia ini, dan saya benar2 harus mengorbankan salah satunya. Apa pun yang terjadi. What ever... #fighting
Tidak ada komentar:
Posting Komentar